Surabaya adalah kota terbesar kedua di Indonesia setelah Kota Jakarta. Menurut Dispendukcapil (Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil), jumlah populasi penduduk Kota Surabaya untuk tahun 2023 mencapai 2.987.863 jiwa. Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, sudah selayaknya Surabaya mendapatkan perhatian lebih dalam hal pembangunan.
ilustrasi Kota Surabaya (instagram.com/bionmotret) |
Namun sayangnya pemerintah Indonesia belum terlalu memprioritaskan pembangunan di Kota Surabaya, khususnya dalam hal transportasi publik. Sebagai kota metropolitan yang memiliki aktivitas perekonomian besar, transportasi publik menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan dari Kota Surabaya. Tetapi sampai saat ini transportasi publik di Kota Surabaya masih jauh dari kata memadai.
Transportasi publik berbasis rel seperti MRT (Mass Rapid Transit) ataupun LRT (Light Rail Transit) harusnya sudah dimiliki oleh Kota Surabaya. Apalagi populasi Kota Surabaya diproyeksikan sudah melebihi angka 3 juta jiwa untuk tahun 2024. Jadi sudah tidak relevan lagi menggunakan angkot ataupun bus yang justru hanya akan menambah kemacetan kota.
Wacana pembangunan MRT di Kota Surabaya
Angin segar tentang pembangunan MRT di Kota Surabaya sebenarnya sudah sejak lama bermunculan. Dilansir detik.com, pada tahun 2014 pernah muncul wacana pembangunan MRT di Kota Surabaya. Bahkan pembiayaan untuk pembangunan MRT tersebut direncanakan akan ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah pusat.
Optimisme tentang keberlangsungan pembangunan MRT Surabaya semakin meningkat setelah wacana tersebut masuk dalam Rencana Nasional. Tri Rismaharini selaku walikota Surabaya saat itu bahkan sudah melakukan pertemuan dengan pihak Dirjen Perkeretaapian dan Dirut KAI. Kala itu posisi Dirut KAI dipegang oleh Ignasius Jonan. Pertemuan tersebut melahirkan kesepakatan bahwa pengeloaan MRT akan sepenuhnya dilakukan oleh pihak KAI dan harga tiketnya akan disubsidi oleh pemkot Surabaya.
Proyek MRT yang diwacanakan tersebut menggunakan sistem tranportasi berupa trem dan monorel. Anggaran yang diperlukan untuk proses pembangunan kedua moda transportasi tersebut diperkirakan mencapai Rp8,8 triliun. Saat itu pemerintah pusat disebut-sebut telah menyiapkan anggaran Rp400 miliar untuk tahap awal pembangunan.
Di tahun 2015, Tri Rismaharini melakukan pertemuan lanjutan dengan Ignasius Jonan. Namun saat itu Ignasius Jonan telah menjabat sebagai Menteri Perhubungan. Pertemuan tersebut membuahkan kesepakan bahwa proyek trem Surabaya masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Panjang (RPJMP).
Trem ini memiliki lintasan sepanjang 17 km dan akan terhubung dengan stasiun Wonokromo. Dari Stasiun Wonokromo nantinya akan dibuatkan jalur kereta api menuju Bandara Juanda melalui Stasiun Waru. Jadi trem ini akan terintegrasi dengan kereta bandara.
Dilansir dephub.go.id, Proyek ini ditargetkan mulai dikerjakan tahun 2015 dan selesai dibangun tahun 2017. Apabila tidak ada hambatan dalam pembebasan lahan, trem ini direncanakan dapat beroperasi tahun 2018. Total biaya pembangunannya diperkirakan sekitar Rp2 triliun.
Namun karena sejumlah hambatan, pembangunan proyek trem ini akhirnya diundur. Pembangunannya yang semulanya direncanakan dimulai tahun 2015, akhirnya diundur hingga tahun 2018 dan ditargetkan selesai tahun 2020. Sayangnya sampai detik ini proyek trem tersebut belum juga terwujud dan kabarnya hilang begitu saja.
Perkembangan terkini proyek MRT Surabaya
- Wilayah barat-tengah-utara
- Wilayah barat-tengah-timur
- Wilayah selatan-utara
- wilayah selatan-timur
- wilayah utara-timur
Referensi :