Terlengkap dalam menyajikan informasi seputar kota-kota di Indonesia

Tampilkan postingan dengan label Bukittinggi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bukittinggi. Tampilkan semua postingan

7 Objek Wisata Utama Kota Bukittinggi

Bukittinggi adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Barat. Kota ini berjarak sekitar 95,6 km dari Kota Padang, ibukota Sumatera Barat. Diantara kota-kota lainnya di Sumatera Barat, Bukittinggi adalah kota yang paling dikenal sebagai tujuan wisata. Banyak hal yang menjadikan kota Bukittinggi lebih menarik dijadikan tujuan wisata dibandingkan kota-kota lainnya di Sumatera Barat. Mulai dari nilai sejarah, letak geografis dan keindahan alamnya. .

Boleh dibilang Kota Bukittinggi memiliki destinasi wisata yang  beragam. Dari berbagai destinasi wisata di kota Bukittinggi, terdapat beberapa destinasi wisata yang menjelma menjadi pilihan utama bagi para wisatawan yang berkunjung ke kota Bukittinggi. Berikut adalah 7 diantaranya yang paling pupuler.

1. Jam Gadang


Foto : Pelangiholiday.com

Bisa dibilang Jam Gadang merupakan salah satu monumen yang paling populer di Indonesia. Saat ini Jam Gadang merupakan ikon utama Kota Bukittinggi. Lokasi tempat Jam Gadang ini berada dijadikan sebagai titik nol kilomter Kota Bukittinggi. Jam Gadang berbentuk sebuah menara yang memiliki jam-jam berukuran besar pada keempat sisinya. Diamater masing-masing jam tersebut mencapai 80 cm.

Desain Jam Gadang dirancang oleh arsitek yang bernama Yazid Abidin Rajo Mangkuno. Tinggi Jam Gadang ini mencapai 26 meter dan terdiri dari beberapa lantai. Lantai paling atas difungsikan sebagai tempat penyimpanan bandul. Wisatawan dibolehkan untuk menaiki lantai Jam Gadang ini. Dari puncak Jam Gadang, kita dapat menikmati indahnya pemandangan Kota Bukittinggi.

2. Ngarai Sianok


Foto : Cumilebay.com

Ngarai Sianok merupakan sebuah lembah curam yang terletak di perbatasan Kota Bukittinggi dengan Kabupaten Agam. Ngarai Sianok menyajikan pemandangan alam yang indah sehingga menjadi salah satu objek wisata andalan Kota Bukittinggi. Lembahnya yang hijau dan aliran sungai yang jernih didasar lembahnya benar-benar memanjakan mata.

Sungai yang berada di dasar lembah Ngarai Sianok ini bernama Sungai Batang Sianok. Sungai ini bisa diarungi dengan menggunakan kano dan kayak. Di tepian aliran Sungai Batang Anai kita masih dapat menjumpai berbagai tanaman langka seperti rafflesia dan tanaman obat-obatan. Di sana juga dapat dijumpai sejumlah fauna seperti monyet ekor panjang, siamang, simpai, rusa, babi hutan, macan tutul dan tapir.

3. Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan


Foto : Rikadaniel.blogspot.com

Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan lebih dikenal dengan sebutan Kebun Bintang Bukittinggi. Lokasinya berada diatas bukit yang bernama Bukit Cubadak Bungkuak. Posisinya yang berada di pusat Kota Bukittinggi, membuat Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan ini begitu mudah dijangkau.

Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan merupakan salah satu kebun binatang tertua di Indonesia. Kebun Binatang ini dibangun oleh pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1900-an. Ketika pertama kali dibangun, Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan bernama stormpark (kebun bunga). Saat itu Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan sama sekali belum memiliki koleksi hewan. Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan baru memiliki koleksi hewan pada tahun 1929.

4. Janjang Saribu


Foto : Sidomi.com

Saat ini Janjang Saribu menjadi salah destinasi wisata yang paling diminati di Kota Bukittinggi. Keunikan dari Janjang Saribu ini adalah desainnya yang dibuat mirip seperti Great Wall atau Tembok Raksasa di China. Lokasi Janjang Saribu ini menuruni area Ngarai Sianok.

Dulu tidak terlalu banyak orang yang tertarik dengan objek wisata Janjang Saribu. Namun setelah dilakukan renovasi, barulah objek wisata ini menjadi semakin populer. Janjang Saribu ini memiliki panjang total 780 meter. Sedangkan lebarnya sekitar 2 meter.

5. Benteng Fort de Cock


Foto : Pegipegi.com

Ketika dibangun Oleh pemerintah Hindia Belanda, Benteng Fort de Cock difungsikan sebagai benteng pertahanan dari gempuran rakyat Minangkabau pada saat terjadi Perang Paderi. Sekarang lokasi di sekitar Benteng Fort de Cock telah dijadikan sebagai taman yang bernama Taman Kota Bukittinggi. Lokasi Benteng Fort de Cocok bersebelahan dengan Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan. Keduanya dihubungkan oleh sebuah jembatan yang bernama Jembatan Limpapeh.

6. Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta


Foto : Pegipegi.com

Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta diresmikan pada tahun 1995. Ini bukanlah rumah asli milik keluarga Bung Haatta. Rumah asli tempat kelahiran Bung Hatta telah runtuh pada tahun 1960-an. Namun desain Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta dibuat mengikuti bentuk rumah asli Bung Hatta yang didasarkan pada momoir Bung Hatta dan foto/dokumentasi milik keluarga Bung Hatta. Sebagian besar perabotan yang terdapat pada Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta merupakan barang-barang asli peninggalan masa kecil Bung Hatta yang didapatkan dari keluarga dan kerabat beliau.

7. Lobang Jepang


Foto : Kapanlagi.com

Lobang Jepang merupakan sebuah terowongan yang dibangun pada masa penjajahan Jepang yang difungsikan sebagai tempat perlindungan tentara Jepang.  Diperkirakan ada puluhan sampai ratusan ribu pekerja paksa (romusha) yang dikerahkan untuk membangun Lobang Jepang ini. Tenaga kerja paksa tersebut sebagian besar didatangkan dari Pulau Jawa. Saat ini Lobang Jepang telah menjadi sebuah destinasi wisata paling populer di Kota Bukittinggi. Pintu masuk ke Lobang Jepang terdapat dibeberapa lokasi, yaitu Ngarai Sianok, Taman Panorama, di samping Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta dan di Kebun Binatang Bukittinggi.
Bagikan Postingan Ini:

Bukittinggi, Kota yang Pernah Menjadi Ibukota Kabupaten hingga Ibukota Negara


Bukittinggi merupakan salah satu kota di provinsi Sumatera Barat. Di kota inilah salah satu proklamator Indonesia dilahirkan, yaitu Mohammad Hatta. Populasi kota Bukttinggi sekitar 117.097 jiwa. Sedangkan luas wilayahnya hanya 25,24 kilometer persegi. Dilihat dari Populasi dan luas wilayah, Bukittinggi bisa dikategorikan sebagai kota kecil. Namun walau tergolong kota kecil, Bukittinggi memiliki nilai sejarah yang besar bagi Indonesia. Sejarah mencatat, kota ini pernah menjadi ibukota kabupaten, ibukota provinsi hingga ibukota negara. Mungkin cuma Bukittinggi satu-satunya kota di Indonesia yang pernah menjadi ibukota kabupaten, ibukota provinsi dan ibukota negara sekaligus. Kota ini juga pernah menjadi benteng pertahanan tentara Belanda dan Jepang untuk regional Sumatera.

Bukittinggi pernah menjadi ibukota Republik Indonesia pada masa PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia). Pemerintahan ini dibentuk sesaat sebelum pemimpin Indonesia saat itu, Soekarno dan Hatta ditangkap oleh Belanda. Terbentuknya PDRI berlangsung pada 22 Desember 1948-13 Juli 1949 yang dipimpin oleh Syafruddin Prawinegara. Tujuan dibentuknya PDRI adalah untuk menunjukan bahwa negara Republik Indonesia masih berdiri kendati saat itu para pemimpin Indonesia ditangkap oleh Belanda.

Kota Bukittinggi memiliki peranan yang penting selama masa PDRI ini. Bukittinggi berperan sebagai ibukota negara setelah Yogyakarta yang merupakan ibukota negara Indonesia saat itu jatuh ketangan Belanda. Dari kota Bukittinggi inilah para pemegang mandat pemerintahan Republik Indonesia melanjutkan perjuangan Soekarno dan Hatta.

Bukittinggi juga pernah menyandang status sebagai ibukota provinsi. Pada awal kemerdekaan Indonesia, Sumatera menjadi salah satu provinsi yang mula-mula dibentuk  dengan gubernurnya Mr. Tengku Muhammad Hasan. Untuk status ibukota provinsi, dipegang oleh kota Bukittinggi. Kemudian dalam peraturan pemerintah pengganti undang-undang nomor 4 tahun 1949, Bukittinggi ditetapkan sebagai ibukota provinsi Sumatera Tengah yang meliputi keresidenan Sumatera Barat, Jambi dan Riau. Sekarang masing-masing keresidetan tersebut telah menjadi provinsi-provinsi sendiri.

Setelah keresidenan Sumatera Barat naik status menjadi provinsi, maka Bukittinggi ditunjuk sebagai ibukota provinsinya. Semenjak tahun 1958, secara de facto ibukota provinsi telah pindah ke kota Padang. Namun secara de jure, barulah pada tahun 1978 Bukittinggi tidak lagi menjadi ibukota provinsi Sumatera Barat. Hal tersebut dikukuhkan melalui peraturan pemerintah nomor 29 tahun 1979 yang memindahkan ibukota provinsi Sumatera Barat dari kota Bukittinggi ke kota Padang.

Selain pernah menjadi ibukota negara dan ibukota provinsi, Bukittinggi juga pernah menjadi ibukota kabupaten. Bukittinggi pernah menjadi ibukota dari kabupaten Agam, Sumatera Barat hingga tahun 1998. Ibukota kabupaten Agam kemudian dipindahkan ke kota Lubukbasung melalui peraturan pemerintah Indonesia nomor 8 tahun 1998.

Sekarang kota Bukittinggi telah menjadi kotamadya yang tidak memiliki status ibukota dari wilayah administarif manapun. Kendati demikian, sejarah akan selalu mencatat kebesaran kota Bukittinggi di masa lalu yang pernah menjadi ibukota kabupaten, ibukota provinsi hingga ibukota negara.
Bagikan Postingan Ini:

Popular Posts

Archives

Pengikut

Recent Posts