Terlengkap dalam menyajikan informasi seputar kota-kota di Indonesia

Menelusuri Sejarah Peradaban Melayu di Pulau Penyengat, Kota Tanjung Pinang

Wilayah Kepulauan Riau terkenal sebagai salah satu pusat perkembangan peradaban Melayu di Indonesia. Salah satu lokasi paling bersejarah tempat berkembangnya peradaban Melayu di Kepulauan Riau adalah Kota Tanjung Pinang. Kota ini merupakan ibu kota dari Provinsi Kepulauan Riau. Sebelum dimekarkan menjadi kota otonom, Tanjung Pinang merupakan bagian dari Kabupaten Bintan. 

Foto udara kota tanjung pinang
Pemandangan Kota Tanjung Pinang dari udara (diskominfo Kepri)

Kota Tanjung Pinang pernah menjadi pusat pemerintahan dari Kesultanan Riau-Lingga. Kesultanan ini merupakan pecahan dari Kesultanan Johor-Riau. Terpecahnya Kesultanan Johor-Riau disebabkan oleh perjanjian pembagian wilayah yang dilakukan antara Britania Raya dengan Belanda. Kesultanan Johor berada dibawah pengaruh Britania Raya, sedangkan Kesultanan Riau-Lingga berada dibawah pengaruh Belanda. Sebelumnya Kota Tanjung Pinang juga pernah menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Melaka dan Kesultanan Johor. 

Kota Tanjung Pinang memiliki wilayah seluas 239,5 km². Letak geografis dari Kota Tanjung Pinang berada pada 0°51' samapi dengan 0°59' Lintang Utara dan 104°23' sampai dengan 104°34 Bujur Timur. Kota ini memiliki wilayah dengan kontur bervariasi karena terdapat dataran rendah, perbukitan dan kawasan rawa bakau sekaligus. 

Sekitar 2 kilometer dari kota Tanjung Pinang terdapat sebuah pulau bersejarah yang bernama Pulau Penyengat. Penyengat adalah sebuah pulau kecil yang yang memiliki panjang sekitar 2000 meter dan lebar sekitar 850 meter. Pulau ini merupakan sebuah pulau berpenghuni yang memiliki populasi penduduk 2.500 jiwa. 

Masjid Raya Sultan Riau, salah satu destinasi wisata andalah Pulau Penyengat
Gambaran salah satu sudut Pulau Penyengat (triptrus.com)

Menurut cerita rakyat penduduk setempat, nama pulau penyengat berasal dari sebangsa serangga yang mempunyai sengat. Cerita tersebut menjelaskan bahwa para pelaut yang melanggar pantangan atau larangan ketika mengambil ambil, maka mereka akan diserang oleh ratusan serangga berbisa tersebut. Serangga inilah yang disebut dengan nama penyengat dan kemudian menjadi sebutan untuk Pulau penyengat. Sementara itu orang-orang Belanda menyebut Pulau Penyengat dengan nama Pulau Mars.

Pulau penyengat memiliki andil yang besar terhadap perkembangan peradaban Melayu di Kepulauan Riau. Peranan penting Pulau Penyengat berlangsung semenjak berdirinya Kerajaan Riau di tahun 1722 sebelum akhirnya direbut sepenuhnya oleh Belanda tahun 1911. Ketika menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Riau, nama Pulau Penyengat dikenal dengan sebutan Pulau Penyengat Inderasakti. 

Pada tahun 1803, dibangun pusat pertahanan di Pulau Penyengat dan sekaligus tempat berkedudukan Yang Dipertuan Muda Kerajaan Riau-Lingga, sementara itu Sultan Berkedudukan secara resmi di Daik-Lingga. Namun pada tahun 1900, Sultan Riau-Lingga juga berkediaman resmi Pulau Penyengat. Sejak saat itu lengkaplah peran Pulau Penyengat sebagai pusat pemerintahan, adat istidat, agama Islam, dan kebudayaan Melayu.

Sekarang ini Pulau Penyengat berkembang menjadi salah satu destinasi wisata unggulan Provinsi Kepulauan Riau. Daya tarik pariwisata di Pulau Penyengat adalah bangunan-bangunan bersejarah peninggalan Kerajaan Riau-Lingga. Beberapa diantaranya peninggalan sejarah yang paling populer di Pulau Penyengat adalah Masjid Sultan Riau yang terbuat dari putih telur, Istana Kantor yang merupakan istana dari Yang Dipertuan Muda Riau VIII Raja Ali (1844-1857), Benteng Pertahanan Bukit Kursi serta Balai Adat Melayu yang merupakan replika rumat adat Melayu yang pernah dibangun di Pulau Penyengat.

Di Pulau Penyengat juga terdapat makam-makam para Yang Dipertuan Muda Kerajaan Johor-Pahang-Riau-Lingga. Diantaranya adalah makan dua Pahlawan Nasional Indonesia, yaitu Raja Aji Fisabillah dan Raja Ali Haji. Sekedar informasi, Raja Ali Haji merupakan pencatat pertama dasar-dasar bahasa Melayu melalui buku Pedoman Bahasa, sebuah buku yang menjadi standar bahasa Melayu. Bahasa melayu standar atau melayu baku tersebut yang saat ini dikukuhkan sebagai bahasa Indonesia. 


Referensi :

  • https://disbudpar.tanjungpinangkota.go.id/destinasi-detail/wisata-pulau-penyengat
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Penyengat
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Tanjungpinang
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Ali_Haji_bin_Raja_Haji_Ahmad


Bagikan Postingan Ini:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Archives

Pengikut

Recent Posts